Seperti yang direncanakan di konser emas ini God Bless memang menginginkan sesuatu yang berbeda, sesuatu yang spesial di hari jadi mereka ke-50. Salah satunya tampil dengan diiringi balutan orkestra, seperti di album terakhir mereka yang belum lama dirilis, Anthology.
Bedanya, dalam album Anthology musik orkestra dimainkan Czech Symphony Orchestra, sementara di panggung konser emas mereka, orkestrasi dimainkan anak-anak negeri yang total mencapai 60 pemain pimpinan Tohpati.
Untuk musisi rock, tampil bersama orkestra jelas bukan perkara mudah. Karena setiap tempo dan ketukan mereka harus presisi dengan alunan orkestra. Padahal, para personel God Bless adalah musisi ototidak.
Tapi, malam itu, Ian Antono dan kawan kawan tampil begitu memikat, menyatu dengan alunan orkestra pimpinan Tohpati. Gebukan drum Fajar yang powerfull yang selama ini jadi nyawa God Bless, menjadi penjaga tempo yang ideal di konser. Sementara Abadi dan Ian Antono begitu ciamik memainkan isian-isian gitar dan kibor di sela-sela balutan musik orkestra.
Di sisi lain, vokal Ahmad Albar masih begitu powerful. Karakternya pun makin kuat. Sulit dibayangkan betapa kerasnya latihan Ahmad Albar demi menjaga performa hebat itu, di usianya yang sudah mencapai 77 tahun!
Ya, usia para personel band yang telah menelurkan delapan album studio ini rata-rata memang sudah di atas 70 tahun, kecuali Fajar. Namun, hebatnya ya itu tadi. Di atas panggung God Bless masih gahar.
Hanya memang, karena kondisi yang masih belum sehat betul, Donny hanya memainkan di dua lagu awal “Musisi” dan “Bla Bla Bla”. Sisanya, God Bless dibantu Arya Setyadi, seorang pemain bass yang lebih dikenal sebagai pengajar dan kini bersama band Voodoo.
Donny kembali bermain di beberapa lagu sambil duduk di kursi.